http://retha-center.blogspot.com
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Qur'an dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya" (AL KAHFI : 1)

PILIH KOMODO - Komodo Kita, Keajaiban Dunia

Posted by Retha Comp 13.02, under | No comments

SEDJARAH BESOEKI

Posted by Retha Comp 23.05, under | No comments

Kecamatan Besuki adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Indonesia. Luasnya adalah 26,08 km². Pada tahun 2004, penduduknya berjumlah 57.109 jiwa. Pada zaman dahulu kota ini penting karena merupakan ibukota Karesidenan Besuki.
Pada zaman Majapahit, Besuki sudah merupakan suatu daerah yang berkembang dan dikenal dengan nama Keta yang pernah bersama dengan Sadeng melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan Majapahit tapi berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1331.

Sejarah Kecamatan Besuki di Kabupaten Situbondo, Jatim, yang bersumber dari peran tokoh Ke Pate Alos dari Pamekasan, Madura, tidak bisa dilepaskan dari Kraton Solo.
Ke Pate Alos yang juga dikenal sebagai Raden Bagus (RB) Kasim Wirodipuro adalah demang pertama Besuki. Tokoh yang legendaris di kalangan masyarakat Besuki ini menurut sejumlah tokoh di wilayah itu memiliki darah keturunan raja-raja di Solo.
Menurut tokoh masyarakat Besuki, Moh. Hasan Nailul Ilmi, ikatan nasab ke Solo itu terjalin karena Raden Abdullah Surowikromo, kakek dari RB Kasim Wirodipuro disebut-sebut sebagai saudara dari Raden Zaenal Abidin alias Susuhunan Pakubuwono II.
"Saya lakukan pengecekan ke Madura, tepatnya di Desan Tanjung, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, disebutkan bahwa Rabden Abdullah itu saudara Pakubowono II, tapi ketika saya cek ke Kraton Solo disebutkan bahwa beliau justru putera dari Pakubuwono II," katanya.
Mengenai hal itu, katanya, dia memang belum mendapatkan kepastian. Namun, yang dia yakini dari sejumlah literatur yang ditemukan arsip nasional di Jakarta, Ke Pate Alos memang memiliki darah keturunan dari Solo.
"Makanya tidak heran kalau keluarga keturunan Ke Pate Alos itu dulunya sangat fasih berbahasa Jawa tinggi," katanya.
Ia menjelaskan, Raden Abdullah adalah keluarga kerajaan di Solo yang tidak mau kompromi dengan Belanda kemudian berkelana hingga ke Madura. Anak dari keluarga bangsawan inilah yang kemudian membabat alas di wilayah yang kemudian disebut Besuki.
Dalam buku Babad Besoeki yang ditulis sekitar 1882 M, dengan penulis tidak tercantum disebutkan bahwa Besuki dulunya merupakan hutan belantara. Meskipun berada di pinggir laut, wilayah itu merupakan daerah subur.
Sementara pada waktu bersamaan, di wilayah utara Besuki, yakni di Madura sedang dalam masa paceklik karena daerah itu tandus. Salah satu yang merasakan kondisi paceklik itu adalah Raden Abdurahman Wirobroto, putera dari Raden Abdullah Surowikromo yang tinggal di kawasan yang kini menjadi Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Pamekasan.
Dalam buku Babad Besoeki bertulis huruf Arab Pegon dan berbahasa Jawa yang kemudian diterjemahkan oleh Moh. Hasan Nailul Ilmi itu, disebutkan, untuk mengatasi kondisi paceklik berkepanjangan, Raden Abduramhan mencoba mencari alternatif penghidupan ke selatan Madura yang kemudian sampai di Besuki.
"Beliau waktu itu menggunakan perahu kecil yang oleh orang Madura disebut perahu kerocok yang digerakkan dengan dayung. Saat itu tahun 1743 M, Raden Abdurahman sendiri pergi ke Besuki dan tiba pertama kali di daerah Nambakor. Beliau sampai tiga kali berkunjung ke Besuki ini," katanya.
Sementara pada naskah Babad Besuki yang ditulis Edy Sudiono dan kawan-kawan disebutkan bahwa kapal yang digunakan Raden Abdurahman adalah kapal tongkang yang dilengkapi dengan layar.
Baik naskah yang ditulis oleh Edy Sudiono maupun yang diterjemahkan oleh Hasan sama-sama menyebutkan bahwa Raden Abdurahman begitu takjub dengan kesuburan wilayah Besuki yang saat itu belum diberi nama.
"Setelah membabat alas, beliau kemudian bercocok tanam di situ. Setelah itu beliau pulang ke Madura. Beliau kemudian kembali lagi ke Besuki dengan membawa anaknya bernama Kasim yang saat itu berusia sembilan tahun, termasuk 20 orang kepala keluarga dari Madura," katanya.
Raden Abdurahman berada di Besuki hingga 1760 dan setelah itu kembali ke Madura hingga meninggal di Tanjung, Pademawu. Kiprahnya diteruskan oleh Ke Pate Alos.
Menurut Yoyok, tokoh pemuda yang juga gemar menggali sejarah Besuki, karena masih keturunan bangsawan itulah, maka budaya maupun tatakrama masyarakat di Besuki dan kemudian juga di Bondowoso, tergolong halus.
Moh. Hasan Nailul Ilmi yang kini memimpin jemaah istighasah setiap malam Jumat di makam Ke Pate Alos tidak hanya gemar mencari koleksi data mengenai sejarah Besuki.
Ia bahkan memiliki obsesi menggelar kegiatan setiap 12 Robiul Awal. Tradisi itu merupakan kegiatan rakyat yang digelar oleh Ke Pate Alos dengan nama "Bupak Bumi".
Tidak begitu jelas apa arti dari kedua kata itu. Hasan hanya menjelaskan bahwa acara itu digelar di arena terbuka yang diikuti oleh masyarakat Besuki dengan berbagai macam hiburan.
Mengenai kemungkinan ada penolakan dari tokoh agama, ia mengemukakan, acara itu harus dikemas secara Islami.
"Tujuannya bukan apa-apa, tapi untuk menyadarkan masyarakat Besuki bahwa mereka itu memiliki sejarah besar di masa lalu," katanya.
Meminjam istilah budayawan Emha Ainun Nadjib saat mementaskan lakon teater berjudul Tikungan Iblis beberapa waktu lalu, masyarakat Nusantara sebetulnya adalah turunan rajawali, tapi kini menjadi emprit karena keadaan.
Hasan agaknya ingin menyadarkan masyarakat Besuki bahwa mereka adalah "keturunan" tokoh berkualitas rajawali, tapi dalam perkembangan sejarah terus meneruskan ’diempritkan".
Bersamaan dengan itu, ia juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama menyelamatkan warisan budaya masa lalu leluhurnya yang kini masih tersisa, termasuk gedung kantor bekas keresidenan dan kewedanan.
Hasan menyayangkan tidak terurusnya warisan budaya itu, termasuk tidak ada perhatian dari pemkab setempat.
"Dulu gedung bekas keresidenan dengan kewedanan itu menggunakan marmer Italia, tapi sekarang sudah lenyap semua diganti dengan tegel biasa. Ke mana marmer-marmer itu?," katanya.
Sementara Fadli Haroen (39), juru pelihara makam Ke Pate Alos mengemukakan, saat ini tidak ada perhatian serius dari pemkab untuk memelihara warisan yang oleh masyarakat dikeramatkan itu.
"Malah justru orang-orang China yang banyak membantu, termasuk membuatkan cungkup makam zaman dulu. Sekarang juga banyak orang China di Besuki ini yang peduli pada makam ini," katanya.
Pemkab Situbondo sendiri beralasan kesulitan menangani benda peninggalan sejarah di Kota Kecamatan Besuki, karena ada yang dikuasai perorangan.
"Ada beberapa peninggalan sejarah Besuki yang dikuasai perorangan atau yayasan. Seperti Makam Ke Pate Alos kini dikelola oleh yayasan sehingga Pemkab kesulitan menangani," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata Kabupaten Situbondo, Agus Cahyono.
Ia mengemukakan, Pemkab akan lebih leluasa mengelola aset itu jika memang keberadaannya menjadi "milik" pemerintah daerah. Kalau dikelola oleh yayasan, ia mengaku pemkab susah untuk "masuk".
"Sementara aset berupa bangunan kuno bekas karesidenan yang ada di sebelah timur kantor Polsek, kami masih melacak kepemilikan tanah di tempat itu, sementara bekas kantor kewedanan yang di selatan alun-alun kini memang dikelola pemkab," katanya.
Ia mengemukakan, bekas kantor kewedanan itu kini sebagian ditempati untuk kantor SMA Negeri 1 Besuki yang memang baru berdiri. Penggunaan itu dianggap tidak masalah karena tidak mengubah bangunan aslinya.
"Kami berupaya nantinya gedung itu akan kami jadikan perpustakaan," katanya singkat.
Ia mengakui bahwa Kota Besuki dulu pernah menjadi kabupaten dan keresidenan, dan menyimpan banyak aset bernilai sejarah tinggi. Namun, untuk membuktikannya dia merasa kesulitan mendapat sumber informasinya, kecuali hanya melalui cerita di masyarakat



disadur dari : http://sitoebondotempodoeloe.blogspot.com/2009/08/sejarah-besoeki.html

SITUS BERSEJARAH DI PUNCAK GUNUNG ARGOPURO

Posted by Retha Comp 22.58, under | No comments

Argopura bisa diartikan "Gunung Pura" atau barangkali bisa disebut Pura di Puncak Gunung, seperti banyak ditemukannya struktur bangunan berarsitek mirip Pura (tempat peribadatan umat Hindu) dikawasan puncak, berawal dari situlah gunung ini beroleh nama Argopuro.Di puncak Gunung nan indah ini di jumpai reruntuhan bangunan dan tinggal puing-punig yang berserakan dan ditumpuk begitu saja seolah tak bernilai sejarah. sisa-sisa reruntuhan itu masih nampak jelas, ada beberapa situs purbakala di sekitar kawasan puncak Argopuro.


kawasan puncak yang dimaksud meliputi ketinggian 3.088 meter dari permukaan laut ke atas, yang didalamnya mencakup areal seluas hampir satu km persegi, yang didalamnya terdapat komplek bukit dan alun-alun, komplek kawah dan komplek candi.

Komplek bukit dan alun-alun merupakan pintu masuk kawasan puncak, sebuah alun-alun yang luas dipegunungan Hyang Argopuro. Alun-alun ini dibatasi langsung oleh sebuah kawah dengan lubang dalam., sedangkan disebelah timur masih terdapat lima kawah, baik lubang maupun tempat yang dinamakan alun-alun SIJEDING.

Komplek candi yang dimaksud bukan candi dalam arti sebenarnya, melainkan merujuk dari jenis peninggalan dan struktur bangunan sejarah kepurbakalaan yang terdapat di gunung ini. Jumlah seluruhnya ada tujuh komplek meliputi situs kolam dan taman sari, Situs Puncak Rangganis, dua bangunan candi, dan tiga bangunan pura.

Masyarakat sekitar lebih mengenal Rengganis ketimbang Argopuro. Rengganis sebuah nama seorang DEWI yang begitu melekat di hati masyarakat kaki gunung Argopuro. Konon menurut legenda penduduk setempat, dari sanalah Dewi Rengganis tinggal dan memerintah kerajaannya. Diceritakan pula bahwa alun-alun Rawa Embik adalah sebuah padang rumput dibawah alun-alun puncak adalah sumber mata air yang terus mengalir sepanjang tahun. Tempat itu merupakan padang penggembalaan hewan ternak yang mensuplai kebutuhan keraton di puncak.

Dituturkan bahwa Dewi Rengganis adalah salah seorang Putri dari Prabu Brawijaya ke….? yang lahir dari salah satu selirnya. Karena tidak diakui keberadaannya, pada saat dewasa ia didampingi seorang Patih dan pengikut-pengikutnya yang setia melarikan diri dan mendirikan kerajaan keraton di puncak gunung ini.

Diperkirakan puing-punig yang terdapat di Rengganis suatu peninggalan tertinggi yang ditemui di Pulau Jawa adalah bekas Kuil Hindu abad ke 12 Masehi. Situs Rengganis memperlihatkan aspek rancang bangun jaman prasejarah dan jaman klasik akhir di pulau Jawa. Salah satu hal yang paling menonjol dari peninggalan kepurbakalaan di Rengganis, adanya tembok pagar luar yang mengelilingi bangunan serta struktur bangunan lebih memperlihatkan struktur Pura daripada Candi.

Satu hal yang tidak dijumpai pada peninggalan kepurbakalaan masa Majapahit akhir yang berada di gunung-gunung lain seperti Gunung Penanggungan, dan Gunung Arjuna. Benarkah struktur bangunan yang disebut PURA sesuai dengan Pura dalam arti dan fungsi yang sesungguhnya pada saat ini? Ataukah Pura itu adalah sebuah Candi dengan model lain. Benarkah Komplek kuno yang ada dalam pesantren dimana para Resi, Pendeta atau Biarawan menghabiskan waktu untuk tinggal dan belajar di Puncak ini?
Ataukah memang suatu komplek keraton?

Tempat peribadatan disini belum bisa memastikanbentuk tradisi dari aliran dan sekte apa para Rahib itu semua. Terlepas apakah itu keraton atau karesian dapatkah dibayangkan bagaimana Perikehidupan dan aktifitas yang dilakukan sehari-hari di Puncak Gunung yang indah, dingin, dan terpencil itu pada jaman alam masih liar yang waktu itu masih buas.

Legenda tinggallah cerita turun temurun dari mulut ke mulut yang semakin bias dan sulit dibuktikan secara ilmiah. Hipotesa dari penyelidikan terdahulu belum seluruhnya terbukti. Sebagian besar data masih berupa misteri dan beberapa benda-benda bernilai sejarah itu telah hilang dan dihancurkan. Menurut penduduk sekitar sekitar tahun 80-an Situs Purbakala di Gunung Argopuro masih nampak terawat dan masih belum banyak benda yang hilang, selepas itu kini situs Purbakala itu semakin rusak, kotor dan bangunan dengan teras-teras berdinding batu itu tinggalah batu-batu berserakan yang dihiasi bungkus mie instan. Sejumlah Arca dari Gunung ini telah terpencar oleh ulah orang-orang yang tak bertanggungjawab sebagian ada yang ditemukan di Gunung Semeru dan tempat lainnya. Justru para peziarah lokal yang memberi sesajen persembahan dan membersihkan lingkungan ini, secara tidak langsung telah menjaga dan merawat keberadaan benda-benda yang bernilai sejarah?
Sebelum tahun 80-an di kabarkan bahwa komplek candi di puncak Argopuro hampir tak tersentuh tangan usil, bersamaan dengan banyaknya orang yang berkunjung bersamaan dengan itu pula mulai hilang satu persatu bentuk candi itu perlahan lahan hanya menyerupai tumpukan batu,bahkan ada arca yang hilang kepalanya!??
Bagai mana dengan Kita? Pedulikah kita akan situs bersejarah yang jelas jelas berada di wilayah kota ini? ada kah Peninggalan berbentuk candi di kota ini selain di sini?

DARI BESUKI KE HARI JADI KOTA SITUBONDO

Posted by Retha Comp 22.57, under | No comments

Tulisan Ini saya Post-kan buat memperingati Hari jadi Kota situbondo.

Secara administratif, Besuki masuk wilayah kecamatan di Kabupaten Situbondo, namun budaya dan dialek bahasa Madura masyarakatnya justru sama dengan orang di Kabupaten Bondowoso.

Masyarakat Besuki dan Bondowoso memiliki budaya dan dialek yang sama dengan masyarakat di Pamekasan, Madura, sedangkan masyarakat di wilayah Panarukan, Kabupaten Situbondo ke timur memiliki kesamaan budaya dengan Sumenep.

Kesamaan budaya itu, menurut tokoh masyarakat Besuki, karena kedekatan Ke Pate Alos, demang pertama di Besuki dengan pembabat Alas di Bondowoso, yakni Ki Bagus Asra atau dikenal Ki Ronggo.

Ia menjelaskan, pada perkembangan pemerintahan di Besuki yang dipegang oleh Raden Sahirudin Wiroastro alias Wirodipuro II tersingkirkan setelah Belanda menerapkan politik adu domba.

Saat itu Belanda mendirikan pemerintahan di Panarukan yang pimpinannya masih ada hubungan keluarga dengan Raden Sahirudin. Akhirnya keluarga dan keturunan Sahirudin Wiroastro lari ke Bondowoso.

Keluarga itu, mendapatkan tempat terhormat dari keluarga Ki Bagus Asra (Ki Ronggo) yang juga berasal dari Madura. Ki Ronggo memiliki ikatan yang kuat dengan Ke Pate Alos karena pernah berguru kepadanya.

Bahkan ketika Ki Ronggo membabat alas di Bondowoso juga atas perintah Ke Pate Alos.


ketika di Bondowoso dibentuk pemerintah, maka bupati pertamanya adalah Raden Abdurahman Wirodipuro yang merupakan cicit dari Ke Pate Alos. Hal itu dilakukan sebagai bentuk balas budi dan penghormatan Ki Ronggo kepada gurunya, Ke Pate Alos.

Raden Abdurahman Wirodipuro itu dilantik menjadi Bupati Bondowoso tahun 1850 M berdasarkan besluit Nomor 3 tertanggal 17 Oktober 1850 yang dikeluarkan Belanda. Beliau memerintah hingga tahun 1879 dan kemudian digantikan oleh menantunya, Raden Aryo Tumenggung Wondokusumo.

Tidak hanya ikatan antar keturunan guru dengan muridnya, pada perkembangan berikutnya, tidak sedikit masyarakat Besuki yang lebih memilih Bondowoso untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk ketika keluarganya sakit. Mereka banyak yang memilih berobat ke Bondowoso, meskipun jarak Besuki ke Kota Situbondo dengan jarak Besuki ke Kota Bondowoso sama-sama sekitar 35 Km.

Mantan Kepala Seksi Kebudayaan pada Dinas P dan K Kabupaten Bondowoso, Hapi Tedjo Pramono mengakui bahwa masyarakat Besuki memiliki akar sejarah yang sama dengan Bondowoso.

Kota Besuki, memiliki letak yang sangat strategis karena berada di perlintasan utama kota besar di Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya menuju - Bali lewat jalur darat.

Kota kecamatan yang kini menjadi bagian dari Kebupaten Situbondo, Jawa Timur itu sebetulnya memiliki sejarah panjang sebagai salah kota penting di Nusantara ini.

Namun, nasib kota itu seperti mengulang kisah masa lalu yang pernah digadaikan oleh Belanda kepada seorang saudagar keturunan Tiong Hoa di Surabaya. Kota itu kini seolah tetap tergadaikan meskipun masyarakatnya sebetulnya tidak menginginkan hal itu.

Misalnya, Besuki hanya dijadikan nama untuk polisi wilayah (Polwil) yang markasnya ada di Kabupaten Bondowoso atau badan koordinator wilayah (Bakorwil) di bawah Pemprov Jatim.

Kebesaran nama Besuki itu hanya digunakan sebagai penanda, sementara sang pemilik sepertinya tidak memperoleh "imbalan" apa-apa, misalnya sekedar melestarikan warisan kebesaran sejarahnya.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata Kabupaten Situbondo, Agus Cahyono mengakui bahwa dari sisi sejarah, Besuki merupakan aset nasional.

"Besuki itu dulunya kota yang cukup besar, namun kemudian statusnya 'melorot' (turun) terus hingga kini menjadi kecamatan. Karena itu, sampai sekarang di kepolisian masih menggunakan nama Polwil Besuki, meskipun markasnya di Bondowoso," ujarnya.

Ia mengemukakan, Besuki pernah menjadi keresidenan dan pada saat lembaga itu diubah menjadi nama pembantu gubernur, kantornya tidak lagi di Besuki, melainkan di Bondowoso.
Setelah itu pindah ke Jember dan saat ini bergabung dengan Bakorwil di Malang.

Sejarah Kota Besuki bermula dari diangkatnya Raden Bagus (RB) Kasim Wirodipuro sebagai demang pertama di Besuki. Kasim kemudian dikenal dengan nama Ki Pati Alos dan masyarakat Besuki menyebut Ke Pate Alos.

RB Kasim dilantik menjadi Demang Besuki oleh Tumenggung Joyo Lelono yang berkedudukan di wilayah Kabupaten Probolinggo sekarang. Beliau dilantik pada Sabtu manis, 8 September 1764 M, atau 12 Robiul Awal 1184 H. Pada Saat itu lah Nama Besuki di sebut sebut.

Tumenggung Joyo Lelono pernah berpesan, dengan nama Besuki, maka siapa yang berniat jelek terhadap Ke Pate Alos, maka perbuatan itu akan kembali ke dirinya sendiri. Mengenai arti Besuki itu sendiri, saya belum mendapat kejelasan.



Mungkin saja itu dari Bahasa Jerman ”Besuch” karena menurut informasi, tentara Belanda zaman dulu juga banyak yang berasal dari Jerman. Mungkin Besuki itu dulu tempat untuk membesuk, meskipun belum jelas maksudnya membesuk apa,?

Dalam perkembangannya, pemerintahan pimpinan Ke Pate Alos, Besuki bertambah maju. Ke Pate Alos yang memimpin kademangan itu dengan berlokasi di utara alun-alun Besuki atau dikenal sebagai "dalem tengah" mendapatkan penghargaan dari Tumenggung Joyo Lelono.

Ke Pate Alos kemudian dilantik menjadi Patih Besuki pada tahun 1764. Dengan pengangkatan itu, maka status Besuki sebagai wilayah kedemangan naik menjadi setingkat kabupaten.

Pada perkembangan berikutnya, menurut dia, Besuki digadaikan oleh Belanda kepada seorang saudagar Cina muslim di Surabaya bernama, Han Boei Sing, sekitar tahun 1770. Diduga Belanda menggadaikan wilayah Besuki karena membutuhkan uang dalam jumlah banyak.

Namun belum ditemukan fakta berapa nilai uang yang diterima Belanda saat itu. Karena Besuki berada di bawah kekuasaan Han Boei Sing, maka ia mengangkat seorang wali dengan pangkat Ronggo di Besuki dan berlanjut hingga sekitar enam Ronggo. Ronggo itu adalah pangkat.

Menurut dia, pada saat Ronggo di Besuki dijabat oleh Suro Adiwijoyo yang juga Cina muslim, pada sekitar tahun 1805, didirikan bangunan bersejarah di Besuki, seperti gedung keresidenan dan kewedanan serta masjid jamik," katanya.

Besuki kemudian ditebus oleh Gubernur Jenderal Raffles pada tahun 1813 senilai 618.720 Gulden. Data itu ia dapatkan dari catatan yang ditulis J. Hageman, J. Cz. dengan titel Soerabaia, Februari 1864 .

Sekitar 13 tahun sebelum tebusan itu dilakukan, Ke Pate Alos meninggal. Pemerintah selanjutnya diteruskan oleh anak keturunannya. Ke Pate Alos dimakamkan di Kauman Barat atau Kampung Arab, Besuki.

Makam itu kini dikeramatkan dengan dikunjungi banyak orang untuk ziarah. Pada setiap malam jumat, Moh. Hasan Nailul Ilmi memimpin istighasah di makam tersebut bersama ratusan jamaahnya.

Namun, kemungkinan tidak banyak dari peziarah itu tahu, bahwa Ke Pate Alos itu dulunya pernah menjadi 'penguasa' di Besuki, kota tua yang dulu pernah "tergadaikan"

Menurut Beberapa sumber mengatakan tonggak berdirinya Besuki menjadi tonggak hari jadi kota Situbondo pula,namun ada yang mengatakan Hari jadi kota Situbondo adalah 19 September...terlepas dari perbedaan Presepsi tersebut menurut saya harus di kaji lebih Dalam,mangambil titik temu beberapa presepsi adalah penting,tapi yang harus lebih di pentingkan adalah apa yang telah dan akan kita Lakukan Untuk kemajuan Kota ini.


Wassalam

Fajar D Herdian

dari berbagai sumber
dan arsip Nasional.

Blog Archive

PageRank

alexa

Followers