http://retha-center.blogspot.com
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Qur'an dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya" (AL KAHFI : 1)

Sorga Yang Dijanjikan Oleh Yesus Di Dalam Alkitab

Posted by Retha Comp 22.30, under | No comments

Pernahkah anda mendengar propaganda para misionaris yang mengatakan bahwa: Barangsiapa percaya akan Yesus kristus, maka ia akan masuk sorga? 

Maksud dalam kalimat ini adalah, barangsiapa mengakui Yesus mati disalib untuk menebus dosa manusia, dan mengakui Yesus adalah Tuhan, maka ia akan masuk sorga. Atau tegasnya, barangsiapa bersedia dibaptis untuk menjadi pengikut Yesus, maka ia akan selamat dan dijamin masuk sorga.

Padahal sesungguhnya Yesus tidak pernah disalib, belum mati, dan tidak pernah menyebut dirinya adalah Tuhan. Ia justru berulangkali mengatakan bahwa "Aku adalah anak manusia yang diutus oleh Tuhan."

Dalil, atau ayat-ayat yang membuktikan ini ada berpuluh-puluh jumlahnya, baik di dalam Al-Qur'an maupun di dalam Alkitab sendiri. Tetapi untuk sementara waktu, mari kita kesampingkan dulu dalil atau ayat-ayat dimaksud dan marilah kita sama-sama mencoba fokus pada 5 ayat saja dari Kitab Perjanjian Baru, yakni Kitab Wahyu Pasal 7 Ayat ke-4 sampai dengan ayat ke-8 (Wahyu 7:4-8)

Alkitab menyebutkan bahwa kelak, pengikut Yesus yang masuk sorga hanya 144.000 orang, dan itupun hanya dari kalangan 12 suku bangsa Israel saja. Artinya, selain atas bangsa Israel, Yesus tidak akan bersedia mempertanggung jawabkan "hasil akhir" dari tugas-tugas kerasulannya kepada Tuhan. Demikian menurut Alkitab.

Merujuk angka 144.000 ini, timbullah sebuah pertanyaan sangat serius di benak kita; bagaimana dengan nasib umat Kristen bukan bangsa Israel yang jumlahnya sedemikian banyak di muka bumi ini? Akankah mereka masuk sorga seperti apa yang mereka yakini selama ini?

Menurut Alkitab yang setidaknya mereka baca sekali dalam seminggu saat dibawa ke gereja itu, ternyata tidak ada satu pun ayat yang menyebutkan adanya pintu sorga bagi mereka! Sebab 12 pintu sorga yang dikisahkan di dalam Alkitab hanya diperuntukkan bagi 12 suku bangsa Israel saja. Bahkan di pintu-pintu itu telah tertulis dengan jelas nama-nama mereka. Lantas, bagaimana nasib pengikut Yesus yang bukanbangsa Israel tetapi, tentu saja, ingin masuk sorga juga?

YESUS HANYA UNTUK BANGSA ISRAEL
Al-Qur'an mengisahkan bahwa Nabi Isa alaihissalam, atau Yesus dalam konteks ini, pernah berkata kepada kaumnya: "Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira ....... " (QS. Ash-Shaaf[61]:6)

Seruan Yesus ini tegas-tegas menjelaskan bahwa ia diutus oleh Allah Subhanahu Wata'ala hanya untuk bangsa Israel saja. Beliau tidak pernah menyeru, "Hai manusia," yang boleh diartikan sebagai seruan kepada seluruh umat manusia. Dan kisah dalam Al-Qur'an ini dibuktikan sendiri oleh fakta sejarah bahwa selama masa kerasulannya, pengikutnya hanya dari bangsa bangsa Israel saja. Tidak satupun pengikut beliau yang berasal dari bangsa-bangsa di luar bangsa Israel. Ajaibnya lagi, tidak hanya sejarah yang mendukung kisah dalam Al-Qur'an tersebut, tetapi banyak sekali ayat-ayat di dalam Alkitab (Injil) sendiri yang menguatkannya. Yang pertama, perhatikanlah ayat ini:

Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." (Matius 15:24)

Tidak hanya itu, Alkitab juga mengisahkan bagaimana Yesus "menolak" mendo'akan orang-orang di luar bangsa Israel seperti di antaranya:

"Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan Kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu." (Yohanes 17:9)

Yang dimaksud dengan "mereka" pada ayat di atas tentunya cukup jelas, yaitu bangsa Israel. Sementara yang dimaksud dengan "dunia" tentu saja adalah bangsa-bangsa lain yang bukan bangsa Israel. Sebab sebagaimana disebutkan dalam Matius 15:24, tidaklah ia diutus oleh Allah kecuali hanya untuk"menyelamatkan" domba-domba yang tersesat dari kalangan bangsa Israel saja.

NUBUAT UNTUK BANGSA ISRAEL
Sebelum Yesus dilahirkan oleh Maria (Maryam), telah ada nubuat yang menyebutkan bahwa Maria akan melahirkan seorang anak laki-laki yang kelak akan menyelamatkan umatnya, yaitu bangsa Israel. Nubuat ini dapat kita jumpali di dalam Alkitab sebagai berikut:

"Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Matius 15:24).

Menunjuk Matius 15:24 yang sudah demikian terang, maka yang dimaksud dengan "umat-Nya" di sini tentu saja adalah bangsa Israel. Bukan bangsa Arab, Romawi, Yunani, Eropa, Cina, Amerika, Indonesia, atau bangsa-bangsa lainnya di muka bumi ini.

HANYA 144.000 ORANG SAJA PENGIKUT YESUS YANG AKAN MASUK SORGA
Al-Qur'an menyebutkan bahwa bangsa Israel terdiri dari 12 suku: "Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar." (QS. [7]:160).

Dalam Alkitab juga disebutkan bahwa bangsa Israel terdiri dari 12 suku: "Itulah semuanya suku Israel, dua belas jumlahnya." (Kejadian 49:28).

Alkitab pun menyebutkan bahwa Yesus mengangkat 12 orang murid yang dipilihnya dari dua belas suku bangsa Israel guna membantunya menyebarkan ajaran Tauhid yang damanatkan oleh Allah kepadanya di tengah-tengah 12 suku bangsa Israel itu sendiri. Inilah nama keduabelas murid (yang dalam kepercayaan Kristem disebut rasul) itu: Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya,Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan BartolomeusTomas danMatiusYakobus anak Alfeus, dan TadeusSimon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang di belakang hari ternyata berlaku khianat pada gurunya sendiri. (Matius 10:2-4)

Masih dari Alkitab, kita juga mengetahui bahwa sesungguhnya Yesus dan murid-muridnya hanya berdakwah di tengah-tengah 12 suku bangsa Israel saja. Yesus nyata-nyata melarang murid-nuridnya untuk berdakwah kepada bangsa-bangsa selain bangsa Israel. Perhatikanlah amanat Yesus kepada kedua belas orang muridnya itu:

"Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israil." (Matius 10:5-6)

Bahkan disebutkan juga di dalam Alkitab, ada nubuat yang mengindikasikan bahwa kelak setelah hari kiamat, atau pada hari penghakiman, keduabelas murid Yesus itu akan ikut bersamanya untuk menghakimi keduabelas suku bangsa Israel. Perhatikanlah ayat ini:

"Sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel." (Matius 19:28)

Sampai di sini, semakin bertambah jelas bagi kita bahwa tidak diragukan lagi bahwa pada hari pembalasan nanti niscaya Yesus akan kembali ke tengah-tengah umat manusia sebagai seorang hakim yang adil. Kendati demikian, jangan buru-buru bersukacita dulu. Sebab seperti apa yang disebutkan oleh Alkitab sendiri, kedatangan beliau kali ini bukan untuk menghakimi seluruh umat manusia, melainkan hanya 12 suku bangsa Israel saja!

Yesus tidak akan bertanggungjawab atas bangsa-bangsa di luar bangsa Israel sebagaimana sudah"diisyaratkan" olehnya jauh-jauh hari semasa hidupnya dulu. Untuk mendoakan mereka saja beliau tegas-tegas mengatakan "Tidak!" kepada Bapanya (Yohanes 17:9), konon pula diminta untuk menjamin mereka masuk sorga?

HARI PEMBALASAN ALLAH ADALAH NYATA
Dengan demikian, maka berlakulah ketetapan dan janji Allah tentang hari pembalasan bagi seluruh umat manusia. Tak satu pun dari kita yang akan lolos dari pembalasan Allah walau mungkin dosa yang diperbuat hanya sebesar biji sawi! Tak seorangpun yang mampu menolong kita kecuali diri sendiri. Allah Maha Perkasa dan IA mempunyai segala cara yang tidak pernah dapat kita bayangkan semasa hidup ini untuk membuktikan pembalasan yang dijanjikan-Nya kepada kita, termasuk pada akhirnya melemparkan orang-orang berdosa ke dalam kobaran api neraka! Dan ketahuilah, siksa neraka Allah itu teramat sangat pedih untuk kita jalani sepanjang masa. Bayangkan, sebagai siksa yang abadi!

"Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah pula anak dihukum mati karena ayahnya; Setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri." (Ulangan 24:16)

Lantas, bagaimana dengan mereka yang mengaku pengikut Yesus tapi menolak mengimani dan melaksanakan semua ajaran beliau? Terutama mereka yang secara sadar, atau tidak sadar, telah mengambil resiko menerima pembalasan atas perbuatan dosa sangat besar di sisi Allah, yaitu kufur, menolak mengimani bahwa satu-satunya Tuhan adalah Allah Yang Maha Esa seperti yang diajarkan oleh Yesus sendiri?

"Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung diatasnya." (Yehezkiel 18:20).

Untuk ini, bukalah Kitab Wahyu Pasal 7 Ayat ke-4 sampai dengan ayat ke-8. Kita akan menemui rangkaian ayat-ayat berikut ini:

[4] Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.
[5] Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu,
[6] dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu,
[7] dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu,
[8] dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.

Dari ayat-ayat di atas, kian bertambah jelas bagi kita bahwa yang dijamin (diberi materai) untuk masuk sorga melalui Yesus hanya ada sebanyak 144.000 orang, dan itu pun seluruhnya berasal hanya dari duabelas suku bangsa Israel saja. Tidak ada bangsa lain! Jika kemudian kita bertanya, atau sangat boleh jadi malah protes keras; mengapa demikian? Maka jawabnya adalah, karena Alkitab sendiri yang mengatakannya!

Duabelas suku bangsa Israel tersebut adalah pengertian secara lahiriah, betul-betul manusia Israel secara fisik, bukan Israel secara rohani atau kiasan-kiasan theologis lainnya. Mereka adalah kaum-kaum yang terpilih di antara sekian juta manusia Israel lainnya yang kelak akan diadili sendiri oleh Yesus. Artinya, sekalipun mereka bangsa Israel, namun jika nama-nama mereka tidak termasuk dalam 144.000 orang yang dijamin masuk sorga itu, maka kebinasaan besarlah yang akan menimpa mereka. Ingatlah, bahwa ada tertulis:

“Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku.” (Yohanes 5:30)

Jika Allah Yang Maha Esa tidak berkehendak, maka sudah dapat dipastikan bahwa Yesus tidak berkuasa untuk menyelamatkan siapapun dari pembalasan Allah, kecuali menghakiminya secara adil sesuai dengan Ilmu Allah. Dan apakah Ilmu Allah itu? Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk yang dilakukan oleh setiap manusia, baik lahir maupun bathin.

Tidakkah ini menunjukkan bahwa sesungguhnya umat Kristus yang kelak akan mendapat keselamatan akhirat adalah mereka yang dalam hidupnya bertaqwa kepada Allah dan taat kepada ajaran Yesus? Mereka inilah yang menjalankan ajaran Tauhid - mengakui hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah Yang Esa, dan mengakui bahwa Yesus adalah utusan Allah - serta memelihara hukum Taurat sebagaimana yang dituntunkan oleh Yesus sendiri.

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:7-19)

“Jawab Yesus : “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa.” (Markus 12:28-29).

"Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain." (Ulangan 4:39).

ALLAH ITU ESA, TIADA TUHAN SELAIN ALLAH YANG ESA
Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berkuasa di langit dan di bumi. Allah itu Esa, tidak berbilang, dan tidak mungkin pula bersekutu dengan apa pun! Demikian yang diajarkan Yesus kepada pengikutnya. Namun sepeninggal beliau, dunia mengatakan lain. Allah itu Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang menjadi satu dalam tiga, atau tiga dalam satu! Lantas, bagaimanakah kira-kira Allah Yang Esa akan menyikapi "pembangkangan" pengikut Yesus ini?

"Kejahatanmu sendiri menghukum dirimu, kau tersiksa karena menolak Aku, Allahmu. Sekarang rasakan betapa pahit dan pedih bila Aku kaubelakangi dan tidak kauhormati. Aku, TUHAN Allahmu telah berbicara; Akulah TUHAN Yang Mahatinggi dan Mahakuasa." (Yeremia 2:19)

"Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu, akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari padanya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” (Yohanes 8:26).

Karena itu, ada baiknya bila dari sekarang kita bersiap-siap untuk menerima kenyataan bahwa pada hari pembalasan nanti Yesus akan berkata: "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:23)

Maka tidak ada keraguan bagi kita semua bahwa seperti dinubuatkan dalam Alkitab, pada hari pembalasan nanti Yesus akan datang untuk menghakimi bangsa Israel. Dan bagi orang-orang Israel yang beruntung, maka Yesus sendirilah yang akan membimbing mereka memasuki kerajaan sorga seperti yang dijanjikannya atas kuasa dari Bapa:

"Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel, Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang." (Wahyu 21:12-13)

Inilah pintu-pintu gerbang sorga yang dijanjikan Yesus bagi 144.000 orang Israel yang "selamat"memasuki sorga karena mentaati Yesus, yang mengenal Allah satu-satunya Tuhan yang benar, dan mengenal Yesus Kristus sebagai utusan-Nya (Yohanes 17:3). Sedangkan bagi bangsa-bangsa bukanIsrael, sebut saja; Arab, Romawi, Yunani, Eropa, Cina, Amerika, Indonesia, dan lain sebagainya, Alkitab tidak menyebutkan adanya pintu-pintu sorga bagi mereka. Dengan demikian, untuk masuk sorga yang kita dambakan itu tentu saja setiap manusia bukan bangsa Israel harus kembali kepada ajaran agamanya masing-masing. Harus memenuhi dalil-dalil yang bersumber dari Sang Pencipta sorga itu sendiri, yaitu Allah Yang Maha Esa.

Sedangkan bagi umat pengikut Yesus yang bersaksi menurut Credo Nicea, yakni kesaksian hasil rumusan Konsili Nicea 325M yang tidak sama dengan kesaksian yang diajarkan oleh Yesus sendiri, ada baiknya untuk kembali memeriksa Alkitab masing-masing. Siapakah yang sepatutnya lebih benar; Yesuskah, atau para uskup yang merumuskan credo (syahadat) Nicea bukan demi ajaran Yesus, tetapi demi kepentingan politik kerajaan Romawi pada masa itu? Dan ingatlah, bahwa ada tertulis:

"Dan dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus." (Kisah Para Rasul 13:23)

"Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (Yohanes 17:8)

“Bukan setiap orang yang berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga.” (Matius 7:21).

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” (Yohanes 13:16-17).

Dalil-dalil alkitab ini, jika diperhatikan, sungguh bertentangan dengan keyakinan pada umumnya umat Kristen di seluruh dunia dewasa ini. Mereka telah "menuhankan" Yesus yang sepanjang hidupnya selalu menekankan bahwa dirinya hanya sebagai utusan Allah. Sedangkan lebih jauh lagi, menurut ayat-ayat dalam kitab Wahyu Pasal 7 di atas, Allah hanya akan membuka pintu sorga bagi 144.000 pengikut Yesus dari bangsa Israel saja. Sementara dari kitab Wahyu Pasal 7 pula kita mendapat pelajaran bahwa tidak ada jaminan bahwa iman dari orang-orang bukan Israel terhadap ajaran Yesus akan diterima demi Yesus.

DAPATKAH CREDO NICEA MENJAMIN KESELAMATAN UMAT YESUS DI AKHIRAT?
Lantas, timbullah pertanyaan serius berikutnya; pengikut siapakah sebenarnya umat kristen yang bersaksi menurut Credo Nicea? Jika ternyata iman mereka di akhirat nanti tertolak karena nyata-nyata menyelisihi ajaran Yesus, dapatkah para uskup yang telah merumuskan, sekaligus mengajarkan Credo Nicea itu menyelamatkan mereka? Adakah jaminan dari Allah untuk itu? Jika ada, jaminan yang bagaimana? Akan tapi jika ternyata tidak ada, kepada siapakah nantinya mereka dapat mengharapkan pertolongan?

Jawabnya, tentu saja, ada di dalam hati nurani dan keyakinan masing-masing. Alkitab, dengan segala kontroversi yang dipertentangkan manusia atasnya, walau bagaimanapun masih menyimpan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan prinsip menyangkut ajaran murni Yesus.

Dan kembali kepada hati nurani tadi, kita semua berbas untuk percaya atau tidak, bahwa sesungguhnya kebenaran dari sisi Allah hanya akan diperoleh bila kita mau membuka hati dan jujur kepada diri sendiri.

Wallahualam Bissawab!

-----------------------------

CATATAN
Bunyi credo (syahadat, pengakuan, kesaksian) Nicea adalah sebagai berikut;
Pengakuan Iman Nicea berbunyi"Aku percaya kepada satu Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah yang diperanakkan dari Bapa, yang dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang. Allah sejati dari Allah sejati, yang diperanakkan, bukan dijadikan, sehakikat (homoousios) dengan Bapa, yang oleh-Nya segala sesuatu ada, yaitu apa yang di surga dan yang di bumi. Yang demi kita manusia dan demi keselamatan kita, turun dan menjadi daging, menjelma menjadi manusia, menderita sengsara dan bangkit pula pada hari yang ketiga, naik ke surga, dan akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Dan kepada Roh Kudus."

Bandingkan dengan syahadat, pengakuan, kesaksian para Nabi dan Rasul Allah menurut Injil berikut ini:


Syahadat Nabi Musa
"Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia." (Ulangan 4:35)

"Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa!" (Ulangan 6:4)

Syahadat Nabi Daud
"Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami." (II Samuel 7:22)

"Tidak ada seperti Engkau di antara para Allah, ya Tuhan, dan tidak ada seperti apa yang Kau buat." (Mazmur 86:8)

Syahadat Nabi Sulaiman
"Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu." (I Raja-Raja 8:23)

Syahadat Nabi Yesaya
Saksikanlah: "Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku." (Yesaya 43:11)

Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku." (Yesaya 44:6)

Saksikanlah: "Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain." (Yesaya 45:5-6)

Syahadat Nabi Isa
"Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa."(Markus 12:29)

"Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain." (Ulangan 4:39)

"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." (Yohanes 17:3) 

Bandingkan pula dengan syahadat, pengakuan, kesaksian umat Muslim menurut Al-Quran berikut ini:


Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS. Al-Ikhlas [112]:1-4)

Syahadat Nabi Muhammad
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." (Kalimat Syahadatain)

Syahadat umat Muslim
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." (Kalimat Syahadatain) 


Baca juga Menurut Alkitab, Inilah Yang Akan Terjadi Di Sorga!

Copas dari: CAH BAGUS SINAU ISLAM  (http://gusmendem.blogspot.com/2011/08/sorga-yang-dijanjikan-oleh-yesus-di.html)

Sejarah Penolakan Gereja Terhadap Ajaran Trinitas

Posted by Retha Comp 20.06, under | No comments

Sebelum Yesus lahir, wilayah Yerusalem dijajah oleh imperium Romawi yang menganut kepercayaanPoliteisme. Karena sebagai penduduk yang terjajah, bangsa Yahudi Essenes yang masih taat berpegang pada hukum-hukum Taurat Musa, tidak mampu mengembangkan ajaran agamanya di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan Yahudi Farisi dan Saduki menggunakan agamanya hanya dalam bentuk formalitas saja, dan perilaku hidupnya selalu menyalahi hukum-hukum Taurat. 

Ketika Yesus mendapat tugas menyampaikan risalah Tuhan, dia selalu memperingatkan penyelewengan Yahudi Farisi dan Saduki ini. Oleh karena itu dua kelompok ini sangat membenci Yesus dan berusaha membunuhnya.

Untuk melaksanakan niat jahat itu, mereka menghasut penjajah Romawi, dengan mengatakan bahwa Yesus adalah tokoh pemberontak yang ingin menjadi Raja Yahudi, sekaligus ingin membebaskan bangsanya dari pendudukan imperium Romawi. Karenanya, dengan bantuan kedua kelompok Yahudi itu pun tentara Romawi berusaha menangkap Yesus dan memusnahkan pengikutnya.[1]

Setelah Yesus tiada, murid-murid Yesus mulai menyebarkan ajarannya secara meluas ke tengah-tengah masyarakat yang sudah terpengaruh oleh kepercayaan politeisme. Sehingga kemudian lahirlah dua kelompok penganut Yesus. Pertama, yang betul-betul mengikuti ajaran Yesus secara murni, yakni mereka yang berkeyakinan bahwa satu-satunya Tuhan hanyalah Allah, dan Yesus, kendati hidupnya dipenuhi dengan berbagai keajaiban, adalah seorang manusia pilihan yang menjadi utusan Allah. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Kristen Unitarian.

Kedua, mengikuti ajaran Yesus yang diajarkan oleh murid-muridnya, tetapi masih sulit meninggalkan kepercayaan politeisme yang sudah mendarah daging pada diri mereka. Akhirnya mereka mengkultuskan Yesus sebagai penyelamatnya, bahkan mengangkat Yesus menjadi Tuhannya. Kelompok ini dipelopori oleh Paulus (Saulus) yang kemudian dikenal dengan sebutan Kristen Trinitas.

Proses lahirnya kepercayaan kelompok kedua ini sudah lama menjadi "masalah" di dalam sejarah perkembangan ajaran Yesus yang sampai kinipun masih dapat kita jumpai di berbagai penjuru dunia. Perjalanan kepercayaan Kristen Trinitas periode pertama mendapatkan tantangan hebat dari kelompok Kristen Unitarian. Namun karena dukungan dan pengaruh kuat imperium Romawi yang menganut kepercayaan politeisme, Kristen Trinitas dengan cepat menyebar luas ke berbagai wilayah, bahkan ke negara-negara taklukan tentara Romawi. Sementara itu, beribu-ribu penganut Unitarian pun telah diburu, ditangkapi, disiksa dan dibunuh. Adapun tokoh-tokoh Unitarian yang terkenal dalam sejarah kelam perkembangan ajaran Yesus ini di antaranya adalah:

IRANAEUS (130-200 M)
Ketika Iraneus lahir, agama Kristen yang berpusat di Antiokia telah menyebar ke Afrika Utara sampai ke Spanyol dan Perancis selatan. Uskup Lyon yang bernama Pothinus pernah menyuruh Iranaeus membawakan surat petisinya ke Paus Eleutherus (174-189 M) di Roma. Dalam petisi itu, Pothinus memohon agar Paus menghentikan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang menolak doktrin Trinitas. Disaat Iranaeus masih berada di Roma, dia mendengarkan berita pertikaian antar kelompok Kristen yang mengakibatkan Uskup Pothinus terbunuh. Setelah pulang ke Lyon, dia menjadi uskup menggantikan Pothinus.

Tahun 190 M, dia menulis surat kepada Paus Victor-I (189-198 M) untuk menghentikan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang berbeda keyakinan. Kerusuhan antar kelompok terulang lagi, dan pada tahun 200 M, dia pun mati dibunuh oleh kelompok Trinitas yang dipelopori oleh Paus Victor.

Iranaeus meyakini bahwa Yesus bukanlah Tuhan, melainkan manusia biasa yang diutus oleh Tuhan. Dia melontarkan kritik tajam terhadap Paulus, dan menudingnya sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas penyusupan ajaran-ajaran politeisme dan filsafat Plato ke dalam ajaran Yesus. Dalam menyampaikan ajaran yang diyakininya, Iranaeus sering mengutip ayat-ayat yang termaktub dalam Injil Barbanabas.[2]

TERTULIAN (160-220 M)
Tertulian berasal dari Kartago, kemudian dia menjadi tokoh Gereja Afrika. Dia adalah seorang Unitarian yang mengidentikkan Yesus dengan Meisah dalam agama Yahudi. Beliau menentang Paus Calixtus(217-222 M) yang mengajarkan bahwa dosa besar itu bisa diampuni setelah melakukan taubat secara kanonik. Di antara pernyataan Tertulian yang masih tersimpan sampai sekarang adalah:

Mayoritas manusia berpendapat bahwa Yesus adalah manusia biasa. Dialah yang mula-mula memperkenalkan istilah Trinitas dari bahasa latin sewaktu membahas doktrin yang dipandangnya aneh itu. Sebab istilah seperti itu tidak pernah dijumpai dalam kitab suci.

ORIGEN (185-254 M)
Origen lahir di Iskandariah Mesir. Ayahnya, Leonidas, mendirikan Pusat Pendidikan Teologi, dan menunjuk Clement sebagai kepala Sekolahnya. Gereja Paulus (Trinitas) sangat membenci Leonidas, karena menganut ajaran Unitarian yang disebarkan oleh murid-murid Yesus (Apostolic Christianity), dan menolak ajaran-ajaran Paulus. Oleh karena itu pada tahun 208 M pihak Gereja Paulus membunuhnya. Peristiwa itu sangat menggores di hati Origen, dan ia ingin mempertaruhkan nyawanya untuk menuntut kematian ayahnya, namun dicegah oleh ibunya.

Gurunya, Clement, merasa terancam dan meninggalkan Iskandariah. Karena ayahnya terbunuh dan gurunya meninggalkan dia, Origen menggantikan Clement sebagai Kepala Sekolah Teologi. Dalam kedudukannya yang baru itu, dia terkenal sebagai cendekiawan yang berani. Kesalehan dan semangatnya yang tinggi diilhami oleh sebuah ayat yang termaktub dalam kitab Matius 19:12 yang berbunyi:

Ada orang yang tidak dapat kawin karena memang ia lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti, hendaklah mengerti.

Pada tahun 230 M Origen menjadi pengkhotbah di Palestina. Tetapi karena alasan yang tidak jelas,Uskup Demerius memecat dan membuangnya. Dia pergi ke Caesarea dan membangun pusat pendidikan yang sangat terkenal di kota itu. Akan tetapi Konsili Iskandaria tahun 250 M menjatuhkan kutukan kepada Origen. Karena menolak doktrin Trinitas, ia pun ditangkap dan menjalani penyiksaan hingga menemui ajalnya pada tahun 254 M. Origen mengajarkan keyakinannya bahwa Allah adalah Maha Agung dan Yesus adalah seorang hamba Allah yang derajatnya tidak sebanding dengan Allah yang mengutusnya.

Dia dikenal sebagai ahli sejarah gereja yang termashur. Sejak muda sampai akhir hayatnya terkenal keberaninnya. Memiliki sifat-sifat terpuji sebagai guru kebenaran dan sangat dicintai oleh murid-muridnya. Ilmu pengetahuannya sangat luas, yang tidak ada duanya di kalangan Kristen saat itu. Dia pernah menulis kurang lebih enam ratus risalah dan makalah.

DIODORUS
Diodorus adalah uskup di Tarsus, kota kelahiran Paulus. Dia termasuk salah satu tokoh Kristen Antiokia. Perpendapatnya yang terkenal adalah:

Bahwa alam semesta ini selalu dalam perubahan. Dan dalam proses perubahan itu pasti ada periode awalnya yang berasal dari yang Maha Abadi dan Maha tidak Berubah. Yang Maha Abadi itulah sang Pencipta, Yang Maha Kuasa. Diodorus menegaskan, Yesus berkodrat manusiawi, baik ruhani maupun jasmani, dan sama sekali tidak memiliki kodrat Ilahi.

LUCIUS (Wafat 312 M)
Di samping terkenal sebagai ahli teologi yang menguasai bahasa Ibrani dan Yunani, dia pun dikenal sebagai tokoh yang sangat taat kepada Allah. Dia berada di luar lingkungan Gereja sejak tahun 220 M sampai tahun 290 M. Kesalehan dan luasnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya mengundang kekaguman banyak orang. Dari perguruan di Antiokia yang dipimpinnyalah kemudian lahir aliran Arianisme yang dicetuskan oleh salahseorang muridnya yang bernama Arius.

Dalam memahami kitab sucinya, dia berpegang pada penafsiran dari segi tata bahasa beserta pengertiannya secara lahiriah dan kritis. Dia menentang penafsiran yang diambil dari pengertian simbolik dan allegoris.

Lucius berpendapat, adanya pertentangan paham yang sangat tajam di tubuh Gereja telah membuktikan bahwa orang-orang Kristen berpedoman pada ajaran yang bersumber dari tradisi tulisan dan mengesampingkan tradisi lisan. Padahal Yesus atau para muridnya tidak pernah mencatat ajaran Yesus. Sedangkan tradisi tulisan berasal dari orang-orang yang tidak pernah menjadi murid Yesus. Tragedi ini menunjukkan ajaran Yesus begitu cepat lenyap disebabkan kekacauan isi ajaran yang berkembang sampai penghujung abad ke-3 Masehi.

Lucius merevisi Septuaginta, yakni naskah Alkitab berbahasa Yunani. Dia membuang sekian banyak perubahan-perubahan yang disisipkan ke dalam Alkitab, ketika disalin ke dalam bahasa Yunani. Dia berkeyakinan bahwa Yesus itu bukan Tuhan, melainkan hamba Allah. Namun karena tetap mempertahankan keyakinannya itu, maka dia pun ditangkap dan disiksa hingga menemui ajalnya pada tahun 312 M.

ARIUS (250-336 M)
Kehidupan Arius sangat erat kaitannya dengan Constantin, kaisar imperium Romawi. Sehingga kita tidak bisa memahami sejarah kehidupan salah satunya, tanpa memahami sosok satunya lagi. Kisah Constantin menaruh perhatiannya kepada gereja berawal dari kekhawatirannya terhadap posisinya di Roma. Kaisar ini merasa cemburu terhadap putra mahkota bernamaCrispus. Putra ini sangat termashur, karena sosoknya yang menawan dan sikapnya yang ramah, disertai pula keberaniannya di medan pertempuran. Agar namanya tetap bertahan sebagai figur kaisar Romawi, dan tidak tenggelam oleh ketenaran nama putra mahkotanya, maka Constantin membunuh Crispus. Kematian Crispus menimbulkan duka rakyat Romawi. Dibalik pembunuhan itu, tersebar pula berita bahwa ibu tiri putra mahkota itu menginginkan putra kandungnya sendiri yang akan menjadi kaisar, sehingga dia berniat untuk menghabisi Crispus. Akhirnya Constantin menjatuhi hukuman mati kepada ibu tiri itu dengan membenamkannya ke dalam air mendidih.

Para pendukung permaisuri yang mati itu bergabung dengan para pecinta putra mahkota untuk menuntut keadilan atas kematian kedua orang itu. Constantin dalam posisi tersudut dan meminta bantuan pendeta kuil Yupiter di Roma. Tetapi para pendeta itu mengatakan, tidak ada kebaktian atau korban yang bisa menghapus dosa pembunuhan yang telah dilakukannya. Suasana yang tegang di Roma membuatnya tidak tentram, sehingga Constantin pergi ke Bizantium.

Setibanya di sana, dia mengubah nama kota di pinggir selat Bosporus itu sesuai dengan namanya,Constantinopel. Di tempat baru itulah dia melihat perkembangan Gereja Paulus sangat menakjubkan. Constantin mendapat pelajaran, bahwa bila dia mau bertobat dan mengakui dosanya di Gereja, maka dosa itu akan diampuni. Kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya untuk membersihkan nama dan tangannya yang telah dikotori lumuran darah dua pembunuhan dan keputusan-keputusan jahat selama dia berkuasa.

Setelah merasa terbebas dari beban dosa, dia pun mencurahkan pikirannya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh imperiumnya. Dia melihat adanya kemungkinan memperalat gereja untuk meraih tujuannya dan menunjukkan loyalitasnya dengan cara memberi kebebasan kepada Gereja untuk berkembang, yang sebelumnya telah ditindas dan dibinasakan oleh Kaisar Diolektianus (284-305 M). Berkat dukungan Constantin inilah perkembangan gereja semakin pesat dan kuat. Sebaliknya dia mendapatkan keuntungan yang besar, karena wilayah sekitar Laut Tengah dipenuhi oleh Gereja, yang pemeluknya dapat dimanfaatkan untuk mendukungnya di medan perang.

Bantuan pendeta merupakan faktor yang sangat penting untuk menyatukan Eropa dan Timur Tengah di bawah kekuasaan Constantin. Karena rasa terima kasih kepada Gereja di satu sisi, dan ingin menyudutkan para pendeta kuil Yupiter di Roma yang tidak bersedia membantunya, pada sisi lainnya, dia mengajak Uskup Roma untuk membangun greja yang besar dan megah di kota Roma. Dari posisi terjepit di kota itu, agama Kristen kemudian diberi fasilitas-fasilitas yang luar biasa oleh Constantin. Di samping itu ia juga membiayai pembangunan gereja yang besar dan megah di bukit Zion, Yerusalem.

Walaupun dia telah memberikan bantuan besar dan memeluk agama Kristen, tetapi dia belum pernah dibaptis, sebab pengaruh agama Paganisme yang menyembah dewa Yupiter dan dewa-dewi lainnya masih sangat dominan. Oleh karena itu Constantin bersikap menjaga keseimbangan. Adakalanya ia memperlihatkan diri seakan-akan sebagai pemuja dewa itu. Sikap seperti itu berlangsung cukup lama sampai meledaknya pertentangan di tubuh Kristen antara sekte Pauline Church (Gereja Paulus) yang menganut faham Trinitas dengan sekte Apostolic Church (Gereja Rasuli) yang menganut pahamUnitarian.

Tokoh terkemuka sekte Unitarian waktu itu adalah Arius, salah seorang Dewan Gereja yang sangat terkenal dalam sejarah dunia Kristen. Dia lahir di Libya dan belajar di perguruan Antiokia yang dibina oleh Lucius. Ia merupakan kekuatan baru bagi Gereja Rasuli yang menghidupkan dan mempertahankan ajaran Yesus yang murni, dengan semboyan:

Ikutilah Yesus menurut yang diajarkan olehnya, dan tentanglah ajaran-ajaran Kristen yang diciptakan oleh Paulus.

Keagungan nama Arius pada masa itu dapat dilihat dari namanya yang hingga kini tetap disinonimkan dengan sekte Unitarianisme, yakni aliran yang meyakini bahwa satu-satunya Tuhan hanyalah Allah, dan Yesus adalah hamba dan utusan Allah.

Gereja Paulus menerima pukulan telak dari pihak Arius. Mereka mengakui, Arius bukan hanya seorang ahli perencana saja, melainkan juga sebagai orang yang jujur dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela. Pada saat Tradisi Lisan (oral tradition) yang mempertahankan ajaran Yesus mulai lumpuh, dibarengi dengan pemahaman Tradisi Tulisan semakin menyimpang jauh, maka Arius tampil dengan segala keberanian dan kegigihannya mempertahankan ajaran Yesus yang telah disampaikan oleh murid-muridnya secara murni, sekaligus menentang persekutuan antara Gereja dengan Kaisar Constantin.

Arius adalah murid Lucian yang paling keras mengecam gereja Paulus. Oleh karenanya dia selalu diincar pembunuhan oleh pengikut-pengikut setia aliran Trinitas. Arius menyadari akan bahaya yang mengancam jiwanya. Walaupun riwayat hidup masa mudanya tidak begitu jelas, tetapi dia tercatat menjadi tokoh penting Gereja Becaulis Iskandariah.

Sampai pada masa Konsili Nicea tahun 325 M, perbedaan keyakinan di kalangan Kristen sangat beragam, karena kepercayaan di kalangan Kristen sendiri juga sangat beragam yang didasari oleh pilihan masing-masing individu. Sebelum gereja mendapatkan kebebasan dari imperium Romawi, perbedaan keyakinan itu menimbulkan banyak pertentangan sengit, yang pada akhirnya mengakibatkan pertikaian antar kelompok Kristen. Oleh karena itu acapkali terjadi peristiwa-peristiwa penangkapan, penyiksaan, bahkan pembunuhan gelap.

Ketika Constantin menjalin aliansi dengan Gereja, terjadilah perubahan dramatis. Meskipun waktu itu Constantin masih menjabat kepala negara yang penduduknya mayoritas menganut Paganisme, tetapi secara terbuka ia memberi dukungan kepada gereja, saat mana perbedaan antara Pauline Church dengan Apostolic Church nampaknya masih belum begitu tajam. Dengan demikian, agama Kristen memperoleh kedudukan baru di bawah naungan kaisar Romawi. Bagi kebanyakan orang, perkembangan Kristen seperti ini menimbulkan masalah politik. Sebagian orang yang dulunya menentang agama itu, berbalik mendukung karena mendapat tekanan dan intimidasi dari pemerintah yang berkuasa. Oleh karena itu mereka pun terpaksa memeluk agama Kristen, namun bukan karena panggilan hati nurani, melainkan karena tujuan-tujuan tertentu. Perubahan situasi itu sangat menguntungkan pihak Kristen. Gereja Paulus dan Gereja Rasuli masing-masing berkembang pesat hingga ke seluruh wilayah imperium Romawi, namun di sisi lain, menyebabkan pertentangan di antara kedua sekte itu semakin tajam di berbagai daerah.

Constantin yang pada waktu itu masih belum sepenuhnya memahami agama Kristen hanya ingin mendapatkan keuntungan politis bila ia berhasil menciptakan kesatuan gereja yang tunduk padanya dan berpusat di Roma, bukan Yerusalem. Ketika para jemaat gereja Rasuli (Apostolic Church) menolak untuk memenuhi keinginan kaisar itu, Constantin melakukan tekanan-tekanan terhadap mereka. Tetapi semua tekanan itu tidak mendatangkan hasil yang diharapkan. Para jemaat Gereja Rasuli yang menganut faham Unitarian itu tetap menolak untuk tunduk kepada Uskup Roma.

Pertentangan semakin tajam mengenai pokok-pokok keyakinan di dalam agama Kristen. Sementara itu doktrin Trinitas telah diterima sepenuhnya oleh beberapa kalangan penting dalam dunia Kristen. Sedangkan DonatusMelitus, terutama Arius tetap bersikukuh menentang doktrin tersebut.

Lebih dari dua abad lamanya doktrin itu menjadi bahan perdebatan, tetapi tetap saja tidak ada pihak yang bisa memberikan penjelasan dan penafsiran yang memuaskan. Dan karena banyak fihak yang menentangnya, semakin banyak pula yang membutuhkan penjelasan dan difinisi tentang dogma itu.

Pihak Gereja dituntut untuk memberikan difinisi yang jelas tentang kodrat kemanusiaan dan kodrat ketuhanan Yesus. Termasuk memberikan penjelasan mengenai hubungan oknum yang satu dengan oknum lainnya dalam Trinitas. Gereja harus menunjukkan difinisi yang akurat mengenai hubungan ketuhanan Yesus dengan perawan Maria, ibunya. Karena setiap orang Kristen selalu dihadapkan pada sekian banyak problematika dogma Trinitas, maka surat pertanyaan yang dikirim kepada Paus di Roma pun semakin menggunung.

Surat jawaban dari Paus ternyata tidak bisa memberikan kepuasan bagi semua pihak. Arius tampil mengajukan tantangannya kepada Paus untuk memberikan difinisi yang logis dan rasional mengenai doktrin Trinitas. Arius sendiri memberikan argumennya sebagai berikut:

Jika Yesus itu sebagai anak Tuhan, berarti Bapa (Allah) harus ada terlebih dahulu dari pada Yesus. Justru sebelum ada anak (Yesus), harus ada jarak waktu. Dalam jarak waktu itu sang anak belum ada. Dengan demikian sudah pasti, bahwa anak (Yesus) itu dicipta oleh Allah dari esensi yang sebelumnya tidak ada. Oleh karena itu Yesus tidak sama dengan Bapa (Allah) .

Kalangan Gereja Trinitas merasa terjungkal. Patriarch Alexander mengundang dewan gereja untuk mempersoalkan pendapat Arius itu. Sekitar seratus uskup dari Mesir dan Libya menghadiri undangan itu untuk meminta pertanggungjawaban dari Arius. Untuk mempertahankan keyakinannya, Arius mengajukan argumentasi yang semakin sulit dibantah sebagai berikut:

Ada suatu masa, yang di dalam masa itu Yesus belum ada, sedang Allah bersifat Maha Dulu dan Maha Abadi. Karena Yesus adalah makhluk Allah, maka dia bersifat fana (tidak kekal), dan sudah tentu tidak memiliki sifat abadi. Karena Yesus itu makhluk, maka dia termasuk obyek bagi perubahan seperti makhluk berakal lainnya. Karena hanya Allah saja yang tidak berubah, maka Yesus bukanlah Tuhan.

Disamping menggunakan logika, dia pun mengukuhkan argumentasinya dengan mengutip ayat-ayat Alkitab untuk membantah doktrin Trinistas seperti:

Jika Yesus sendiri telah mengatakan: Bapa lebih besar dari pada aku. (Matius 14:28), bagaimana kita bisa percaya bahwa Allah dan Yesus itu sama? Kepercayaan seperti itu sangat bertentangan dengan sabda Yesus sendiri di dalam kitab suci.

Pendapat Arius ini tidak bisa dibantah oleh semua uskup yang hadir pada sidang itu. Tetapi Patriarch Alexander, dengan menggunakan kekuasaan jabatannya, akhirnya menjatuhkan vonis Hukuman"Pengucilan Gereja" terhadap Arius!

Dalam tradisi gereja, siapa yang mendapat hukum pengucilan itu, tumpahan darahnya menjadi halal. Dan pembunuhnya akan mendapatkan surga sebagai imbalan telah berjasa membasmi pembawa ajaran sesat! Tetapi Arius mempunyai banyak pengikut yang pengaruhnya juga sangat luas sehingga tidak dapat dianggap enteng oleh pihak Gereja Trinitas, apalagi para uskup Wilayah Timur tidak membenarkan vonis Patriarch Alexander itu.

Pertentangan masalah keyakinan ini semakin memuncak. Alexander berada pada posisi yang terjepit, bahkan sangat kecewa karena para uskup wilayah timur mendukung Arius. Terutama Eusebius Nicomedia (wafat 342 M) sahabat Arius yang sangat berpengaruh di istana Constantinopel, danEusebius Caesarea (260-340 M) yang memberikan dukungan sangat besar kepada Arius. Dua orang ini dan Arius adalah murid Lucian, yang karena peritiwa pembunuhan gelap terhadap guru mereka, menjadikan hubungan ketiganya semakin erat.

Sampai sekarang kita masih dapat melihat surat Arius yang dikirim kepada Eusebius Constantinopel setelah dia dijatuhi hukuman pengucilan dari Alexander. Di antara surat-surat itu berbunyi:

Kami dihukum karena menyatakan bahwa Yesus itu mempunyai permulaan, sedangkan Allah tidak mempunyai permulaan.
Meski demikian, catatan-catatan mengenai pertentangan keyakinan yang sangat tajam kala itu tidak banyak lagi ditemui sekarang ini. Sebab ratusan, bahkan mungkin ribuan, dokumen dan segala bentuk catatan yang dianggap "membahayakan" kepentingan ajaran Trinitas telah disita, dimusnahkan, atau disembunyikan. Surat-surat yang masih selamat, menunjukkan Arius tetap gigih mempertahankan ajaran Yesus yang murni, yang bebas dari perubahan, dan sama sekali tidak menghendaki perpecahan dalam Kristen.
Sedangkan kumpulan surat-surat Alexander memperlihatkan penggunaan bahasa yang tidak santun terhadap Arius dan para pendukungnya. Di antara surat-surat itu Alexander pernah menulis sebagai berikut:

Mereka sudah dikuasai iblis yang merasuk dalam diri mereka. Mereka adalah tukang sulap dan penipu yang cerdik merayu. Mereka kelompok penyamun yang hidup dalam persembunyian, yang siang malam mengutuki Kristus mereka mendapatkan banyak pengikut dengan memperalat wanita sundal.

Surat yang bernada kasar itu membangkitkan kemarahan Eusebius. Beliau mengundang uskup-uskup wilayah timur untuk menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Pertemuan para uskup itu menghasilkan keputusan untuk mengirim surat pada seluruh uskup wilayah timur dan barat, agar mendesak Patrirrch Alexander mencabut hukuman yang dijatuhkannya kepada Arius.

Alexander bersedia mencabut vonisnya, asalkan Arius mau tunduk kepadanya. Syarat itu ditolak mentah-mentah oleh Arius, yang kemudian "hijrah" ke Palestina untuk membina jemaat Kristus di sana. Kepada seluruh pelayan-pelayan gereja Katolik Alexander pun mengirimkan surat kecaman terhadap Arius dan Eusebius dan menuduh Eusebius mendukung Arius bukan karena keyakinan yang dianut oleh Arius, melainkan karena kepentingan ambisius.

Kaisar Constantin juga menyadari situasi internal Kristen yang semakin memburuk ini terpaksa turun tangan dengan mengirimkan surat kepada kedua belah pihak. Kaisar sangat mengharapkan kesatuan pendapat dalam agama. Hal itu diperlukan untuk menjamin stabilitas daerah yang dikuasainya. Karenanya ia meminta kedua belah fihak untuk segera melupakan masalah yang dipertentangkan.

Sementara itu terjadi persengketaan antara Constantin dengan saudara iparnya, Lucianusyang menguasai wilayah Tracia. Dalam pertempuran tahun 324 M. Lucianus tewas. Dan karena dia termasuk pendukung Arius, kematiannya mengakibatkan posisi Arius mengalami kemunduran.

Sekalipun Constantin memenangkan peperangan, tetapi dia tidak mampu membendung kerusuhan yang melanda beberapa wilayah pendudukan Romawi. Kaisar tidak mempunyai jalan lain untuk mengatasi kekacauan ini kecuali mengundang seluruh uskup untuk menyelesaikan persoalan rumit itu. Posisi dirinya yang masih menganut faham Paganisme sangat menguntungkannya. Sebab tidak termasuk pengikut salah satu sekte Kristen yang sedang bertikai itu dengan sendirinya ia berkesempatan menjadi pemimpin sidang dan penengah yang patut dianggap tidak memihak. Akhirnya Constantin direstui oleh para uskup untuk menjadi pemimpin sidang, karena memang tidak ada pihak yang menyetujui sekte lain mengambil posisi itu. Sidang para uskup tahun 325 Masehi yang dipimpin oleh Constantin itu terkenal sebagai Konsili Nicea.[3]

Peserta sidang gereja sedunia yang diadakan untuk pertama kali ini kebanyakan terdiri dari para uskup yang masih lugu, jujur dan berpegang teguh pada keyakinan yang dianutnya. Di saat itulah secara mendadak mereka harus berhadapan dengan tokoh-tokoh yang menguasai filsafat Yunani. Sehingga mereka tidak bisa memahami ungkapan-ungkapan filosofis yang didengarnya.

Sebaliknya, mereka kehilangan kemampuan untuk mengungkapkan pendapatnya, apalagi harus menggunakan argumentasi-argumentasi yang menuntut logika. Oleh karena itu, pada akhirnya mereka harus memilih salah satu dari dua pilihan, bertahan pada keyakinannya secara diam-diam, atau menyetujui apa saja yang diputuskan oleh pemimpin sidang.

Wakil-wakil dari pihak Gereja Paulus (yang berusaha memaksakan Trinitas) ternyata mampu menunjukkan dua oknum, yakni Allah Bapa dan Allah Anak (Yesus). Namun tidak berdaya untuk mencari dalil dari Alkitab bahwa Roh Kudus itu adalah salah satu dari oknum Tuhan.

Para uskup didikan Lucian seperti Arius, dengan mudah menyudutkan pihak Gereja Paulus dari masalah satu ke persoalan yang lain dalam Trinitas. Pihak Unitarian mengakui bahwa di dalam Alkitab, Yesus memanggil Allah dengan kata "Bapa" dan menyebut dirinya dengan kata "Anak" tetapi mereka juga menunjukkan kepada lawannya sabda Yesus yang berbunyi:

"Dan janganlah kamu memanggil Bapa kepada seorang pun di dunia ini, karena satu saja Bapa kamu, yaitu yang ada di Sorga." (Matius 23:9)

Dengan demikian, kata Arius, sosok "Anak" itu bukan hanya satu, bukan Yesus saja, melainkan berjuta-juta manusia!

Kelompok Trinitas tidak mampu mematahkan argumentasi para Unitarian, sebab kepercayaan terhadap doktrin Trinitas yang mereka yakini tidak berdasarkan pada kitab Injil. Dengan susah payah mereka berusaha membuktikan bahwa Bibel telah menyatakan Yesus itu bayangan Allah yang Maha Benar. Namun para Unitarian menjawab:

Kita sebagai manusia adalah bayangan dan kemegahan Tuhan. Jika dikatakan bahwa bayangan Allah adalah Tuhan, berarti seluruh manusia di muka bumi adalah Tuhan!

Perdebatan dalam sidang semakin meruncing, dan semua pihak merasa pesimis terhadap hasil sidang itu. Ujungnya, masing-masing pihak pun saling mengharapkan dukungan kaisar yang memegang keputusan akhir. Constantia adik kaisar Constantin adalah penganut faham Unitarian, memberitahuEusebius Nicodemia bahwa kaisar ingin mempersatukan gereja, sebab perpecahan akan membahayakan kekaisaran. Jika tidak tercapai persetujuan dan kesamaan keyakinan, sangat mungkin kaisar akan kehilangan kesabaran dan menarik seluruh dukungannya kepada gereja, dan ini akan mengakibatkan kepentingan agama Kristen menjadi lebih memprihatinkan daripada sebelumnya.

Kendati Eusebius Nicodemia telah berupaya mengajak Arius dan para sahabatnya untuk berunding, namun tidak dicapai kesepakatan kecuali bahwa kelompok Unitarian semakin teguh mempertahankan keyakinan mereka menolak doktrin Trinitas. Hal ini, tentu saja, mereka sadari sebagai sebuah keputusan yang beresiko memposisikan Unitarian sendiri sebagai kelompok minoritas dalam proses pengambilan keputusan pada Konsili Nicea.

Sementara itu, pendukung Trinitas yang menyadari dukungan Constantin terhadap Gereja Paulus dapat menambah kekuasaan mereka, bahkan sekaligus dapat pula dimanfaatkan untuk mengakhiri pengaruh Gereja Rasuli (Unitarian) di Afrika Utara dengan cara-cara represif, (menggunakan kekuatan militer imperium Romawi), segera menentukan sikap. Gereja Paulus menyetujui perubahan-perubahan pada agama Kristen! Dan karena pemujaan kepada Dewa Matahari sudah menjadi tradisi bangsa Romawi kala itu, sedangkan kaisar dipandang sebagai perwujudan dari Dewa Matahari, maka gereja Paulus pun menyusun rumusan sebagai berikut:
  1. Hari Minggu (hari Dewa Matahari) bangsa Romawi dijadikan hari Sabat bagi agama Kristen.
  2. Hari kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember dijadikan hari kelahiran Yesus.
  3. Lambang Dewa Matahari, Salib Sinar, dijadikan lambing agama Kristen.
  4. Untuk menyatukan upacara ritual bagi Dewa Matahari dan Yesus, patung Dewa Matahari pada salib diganti dengan patung Yesus.
Kaisar merasa puas, karena jurang perbedaan di antara pemeluk Kristen dan Pagan yang dianut oleh bangsa Romawi kala itu dengan sendirinya dapat diakhiri. Akhirnya Trinitas pun diterima dengan suara terbanyak sebagai keyakinan resmi dalam agama Kristen. Pengertian Keesaan Tuhan dalam bahasa Yesus telah berubah maknanya setelah disalin ulang ke dalam tatanan bahasa filsafat Neo-Platonismeyang dikenal dengan Mystic Trinity. Setelah perubahan pengertian keesaan Tuhan diterima oleh suara terbanyak, langkah perumusan ajaran Kristen selanjutnya pun semakin jauh menyimpang dari ajaran Yesus yang sebenarnya. [4] Rumusan Credo Nicea yang dikenal sampai saat ini adalah rumusan yang ditandatangani oleh peserta konsili yang ketika itu mendapatkan dukungan penuh dari kaisar Constantin. Sementara itu, karena Arius menolak mengakui keputusan konsili tersebut, maka diumumkanlah Anathema (kutukan) terhadap ajaran Arius sebagai berikut:

Bagi orang yang berkata: Ada jarak waktu di mana Yesus belum ada. Sebelum dilahirkan, Yesus tidak ada. Yesus diciptakan dari yang tidak ada. Anak (Yesus) berbeda zatnya dengan Allah. Yesus adalah obyek perubahan, maka Gereja Katolik menjatuhkan kutukan.
Setelah peserta konsili pulang ke daerahnya masing-masing, ternyata mereka terlibat kembali dalam perdebatan mengenai keputusan konsili itu. Pengikut Unitarian yang tetap menentang keputusan konsili pun mulai diburu dan ditangkapi. Mereka yang menolak "bertaubat" dan menerima doktrin Trinitas dijebloskan dan disiksa dalam penjara-penjara bawah tanah!

Arius sendiri sejak tahun 325 M telah dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah di pulau kecil sekitar selat Bosporus. Walau demikian, bukannya mereda, perdebatan dan pertikaian antara dua kelompok ini malah semakin meruncing di berbagai wilayah kekuasaan Romawi. Hanya Athanasius yang masih mematuhi keputusan tersebut, sedangkan para pendukungnya sendiri diliputi kebingungan menghadapi berkecamuknya berbagai pertentangan ini.

Sabinas, uskup tertua di Thracia mengatakan, yang hadir dalam konsili Nicea itu adalah orang dungu yang bodoh! Keputusan Konsili itu hanya disahkan oleh orang-orang tolol yang tidak memiliki pengetahuan dalam masalah yang mereka putuskan.

Tahun 328 M, hanya 3 tahun setelah Konsili Nicea, Patriarch Alexander meninggal. Terjadilah perebutan jabatan keuskupan Iskandariah. Athanasius dipilih dan ditasbihkan menjadi uskup di daerah itu. Pemilihan itu menimbulkan kecaman keras, karena dilakukan dengan cara-cara tidak jujur, intimidasi, dan tindakan-tindakan dalam bentuk kekerasan lainnya. Pengikut Arius pun melakukan perlawanan terhadap Athanasius.

Cosntantina, saudara kaisar Constantin, menentang pembunuhan terhadap orang Kristen Unitarian, terutama menentang pembuangan Eusebius Nicomedia. Dia tetap mempertahankan bahwa Arius adalah pemimpin agama Kristen yang benar. Alkhirnya, Constantina berhasil membebaskan Eusebius Nicomedia agar kembali ke istana. Kembalinya Eusebius ini merupakan pukulan telak bagi kelompok Athanasius. Sedangkan Kaisar Constantin tampak semakin condong kepada Arius.

Ketika mendapat laporan tentang kecaman masyarakat Kristen atas pemilihan Athanasius, kaisar memanggil uskup agar datang ke Constantinopel. Dengan berbagai alasan Athanasius tidak datang memenuhi panggilan itu. Pada tahun 335 M, ketika dilangsungkan konsili di kota Tyre untuk memperingati tiga puluh tahun pemerintahan kaisar Constantin, Athanasius diwajibkan menghadirinya. Dalam konsili itu, dia dituduh telah melakukan kezaliman di wilayah keuskupannya. Karena suasana sidang saat itu menyudutkan dirinya, maka dia segera keluar sebelum konsili sendiri menjatuhkan Hukum Kutukan kepada dirinya.

Para uskup kemudian melanjutkan sidang di Yerusalem dan mengukuhkan kutukan terhadap Athanasius serta menerima Arius kembali ke pangkuan gereja. Constantin mengundang Arius dan Eusebius ke Constantinopel. Perdamaian antara Arius dan kaisar terjalin baik, dan para uskup akhirnya menjatuhkan kutukan kepada Athanasius.

Arius diangkat menjadi Patriarch Constantinopel, tetapi jabatan itu tidak berlangsung lama, dia wafat secara mendadak pada tahun 336 M karena makanannya diberi racun. Pihak gereja menganggapnya sebagai suatu keajaiban, tetapi pihak istana mencurigai peristiwa itu. Kaisar membentuk komisi untuk menyelidikinya. Athanasius terbukti sebagai otak pembunuhan tersebut dan dijatuhi hukuman!

Constantin yang perasaannya sangat terguncang atas kematian Arius itu, dibawah bimbingan adiknya, Constantina, akhirnya memeluk agama Kristen Unitarian dan dibaptis oleh Eusebius Nicomedia. Pada tahun 377 M, kaisar Romawi itu menutup mata dengan membawa keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, dan Yesus adalah anak manusia yang diutus oleh Tuhan.

Arius memiliki peranan penting dalam sejarah Kristen. Bukan hanya karena jasanya berhasil mengajak kaisar Constantin memeluk agama yang diajarkan oleh Yesus, tetapi juga karena mewakili orang-orang yang tabah dan gigih mempertahankan kemurnian ajaran Yesus itu sendiri. Pada saat ajaran Yesus tercampur aduk dengan kepercayaan-kepercayaan pagan dan politeisme, sehingga ajaran Kristen yang asli dan yang palsu semakin kabur, maka Arius dengan segala keberanian dan ketabahan hatinya, tampil mempertahankan kemurnian akidah Yesus. **

Pada hakikatnya agama wahyu (samawi) yang dibawa oleh Yesus mengajarkan Tauhid, atau keesaan Tuhan. Tetapi perkembangan berikutnya telah menyeret banyak pengikut-pengikutnya ke dalam kemerosotan Tauhid yang menyebabkan mereka secara sadar, atau tidak sadar, melanggar berbagai ajaran Yesus. Kondisi keimanan mereka semakin memburuk, dan pada akhirnya membawa mereka semakin jauh terperosok ke dalam keyakinan Politeisme yang tidak pernah diajarkan oleh Yesus sendiri.

Kisah di atas semakin meyakinkan kita bahwa Islam telah mengajarkan kepada pengikutnya untuk berpegang teguh pada agama Tauhid, agama yang tegas-tegas menyatakan bahwa tiada Tuhan yang layak disembah selain Allah, agama yang mengakui para Nabi dan Rasul sejak Adam, Ibrahim, Nuh, Musa, Isa, dan seterusnya - hingga Muhammad, adalah utusan Allah. Mereka diutus untuk menyampaikan risalahnya kepada umat manusia, agar manusia mengenal jalan lurus yang diridhai-Nya untuk, pada saatnya nanti, kembali dengan selamat kepada-Nya!

Wallahualam Bissawab.


[Sumber: Jesus A Prophet of Islam by M. A Rohim | Encypaedia Britannica 2002 | Sarip]


-------------------------------------------------------------------
[1] Lihat Penyaliban Yesus Menurut Injil dan Alqur'an
[2] Lihat Injil Barnabas
[3] Lihat Konsili Nicea, Arian, Dan Ortodoksi
[4] Lihat Rahasia Besar Di balik Kanonisasi Alkitab


di copas dari : CAH BAGUS SINAU ISLAM http://gusmendem.blogspot.com/2011/07/sejarah-penolakan-gereja-terhadap.html

Blog Archive

PageRank

alexa

Followers